Jumat, 23 September 2011

Thoriq bin Ziyad, Sang penakluk spanyol

Setelah Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama -Asia, Afrika, dan Eropa-pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.

Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat.

Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.

Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda -yang dinodai Roderick-ikut mengungsi.

Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.

Reformasi yang Tak Konkrit

"Reformasi seperti apakah yang anda inginkan? Untuk menyelesaikan semua permasalahan umat di negeri ini." - pagi hari, 12 Mei 2011

Mungkin kata-kata diatas cukup bisa menggambarkan apa yang saya dan sebagian rakyat Indonesia rasakan. Reformasi yang telah diperjuangkan tiga belas tahun silam sampai sekarang tidak berbuah apa-apa. Hanya pergantian kepemimpinan presiden dan kabinet saja yang bisa terlihat. Seharusnya ini bicara tentang perubahan!

Mulai dari peristiwa kemerdekaan, malari, supersemar sampai dengan reformasi 98. semua itu diperjuangkan oleh para pemuda. Namun sayangnya, dari semua pergerakan tersebut. selalu saja dibayangi oleh kepentingan-kepentingan segelintir orang ataupun golongan dengan segala obsesi dan konspirasi.

"beri saya 10 orang pemuda maka saya akan merubah dunia" begitulah salah satu kalimat dalam orasi yang disampaikan oleh sang proklamator bangsa ini Ir. Soekarno. Singkat namun sarat akan makna. Pemuda seharusnya sebagai agen perubahan bangsa ini bisa memberikan solusi konkrit atas segala permasalahan bangsa ini. Bangsa yang sekarang terjajah di tanahnya sendiri. Terjajah di tengah wilayah daratan dan lautannya luas dengan kekayaan alam yang melimpah.