Selasa, 29 Maret 2011

Memakai hijab itu nyaman.

Siang itu, hari-hari disaat aku sedang menunggu pengumuman mau lanjut kemana setelah lulus SMA. Kakakku pulang dari mengajar di sebuah TK yayasan di Pekalongan bersama suaminya. Dan tak lama kemudian setelah sholat dhuhur dan makan siang tiba tiba obrolan santai pun mengalur dengan akrabnya.
“Kamu pasti bertanya-tanya kenapa saya memakai jilbab lebar?”
“Ya,. Gak juga mbak. Kalo aku si biasa aja, kan sudah sepatutnya sampeyan manut sama suami mbak,.”
“Bukan cuma itu run, sebenarnya ada banyak alasan ada pula dasar kenapa kemudian saya memakai jilbab ‘gedhe’ ini.”
“Salah satunya apa mba?”
“Jujur setelah memakai jilbab gedhe ini, saya merasa nyaman. Tidak ada orang-orang yang memandangiku dengan pandangan yang kurang sopan. Dulu waktu mbakmu ini masih SMA banyak orang melihat mbakmu ini dengan mata yang kurang sopan, bahkan ada salah satu teman yang berpendapat bahwa memakai kerudung itu hanya sebagai formalitas pada saat sekolah. Habis sepulang sekolah dilepas begitu saja.”
“Loh bukannya kebanyakan gitu mbak?”
“Nah disitulah yang salah, di al-Qur’an pun telah disebutkan bahwasanya “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”.
“Apa iya mbak? Memang sih kebanyakan orang-orang disekitar kita hanya menutup auratnya ketika sholat saja, setelah sholat ya tetep aja mengumbar aurat.”
“Iya run, mbak harap sih bayi yang sedang dikandung ini dilahirkan sebagai perempuan dan bisa menjadi seorang mujahadah yang sholehah berbakti kepada kedua orangtuanya dan Islam serta bisa bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya.”
“Amiin..”.
Obrolan pun masih berlanjut sampai menjelang waktu ashar tiba. Dalam obrolannya, mbakku selalu bilang bahwa dia berubah setelah menikah dengan seorang “ikhwan”(istilah yang benar-benar asing pada saat itu). Begitulah mbakku menyebut suaminya.
-Wallohu a’lam bishowab, Semoga bermanfaat,. Thank’s for your inspiration.-

Saatnya yang Muda yang berkarya.

“Maju, maju... terus maju sahaja dengan tidak mundur selangkah, tidak berkisar sejari... maju, terus maju ke arah keselamatan”

-Soekarno dalam sebuah orasi pidatonya-

Masih ingat dengan sosok yang diambil kutipannya di atas? Ya, beliau adalah Ir. Soekarno dilahirkan dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Beliau adalah sosok yang sangat inspiratif. Menjadi seorang presiden pertama Republik Indonesia bukanlah cita-citanya. Akan tetapi membebaskan Indonesia dari penjajahan, itulah cita-cita sejatinya. Setelah dikukung dan dipasung ketidakpastian kolonial Belanda serta Jepang. Akhirnya mendapatkan angin segar ketika prosesi Proklamasi terjadi. Disana-sini masih terjadi sengketa antara negara penjajah yang selalu mengekang para aktivis jaman itu untuk memperjuangkan hak-haknya serta menghapuskan penjajahan di atas bumi Indonesia ini.

Lantas bagaimana dengan peran pemuda? Berjarak tidak jauh dari hari proklamasi kemerdekaan, pemuda Indonesia selalu menjadi garda terdepan dalam membawa perubahan bangsa ini. Mulai dari melawan penjajah sampai pergantian masa kepemimpinan baik di era orde lama ke orde baru yang kemudian dilanjutkan dengan reformasi. Dan sekarang pasca reformasi, kemajemukan mayoritas pemuda sekarang malah “dicekoki” oleh budaya hedonis dan westernisasi yang sarat akan kesenangan sesaat yang merusak mental serta moral dari pemuda itu sendiri.

Seharusnya, pemuda sekarang bisa berkarya sesuai dengan bidang minat dan bakatnya masing-masing. Di era pasca reformasi ini semuanya dibebaskan begitu saja. Tentunya menimbulkan efek positif dan negatif di setiap sisinya. Tinggal sekarang bagaimana kemudian kita sebagai pemuda bisa mempertahankan moral value yang menjadi salah satu karakteristik yang khas dari masyarakat Indonesia. Di imbangi dengan keseimbangan antara jasmani dan ruhani yang kuat. Tentunya pemuda sekarang bisa lebih berkreasi dan berinovasi untuk mengharumkan nama bangsa ini dihadapan bangsa lainnya. Soekarno saja yang pada saat itu masih muda bisa membawa bangsa ini kedepan gerbang kemerdekaan. Apalagi kita sebagai generasi muda yang dilahirkan zaman serba canggih ini. Kita-lah sosok pembawa perubahan itu. Kalau bukan kita siapa lagi? (AKN)

Kamis, 03 Maret 2011

Tantangan KAMMI sebagai Pergerakan Mahasiswa saat ini.

Suatu hari, saya mendapatkan sms dari salah seorang teman saya untuk mengikuti aksi gabungan yang dilakukan pada awal pemerintahan SBY-Boediono beserta Kabinetnya yang diberi nama Indonesia Bersatu jilid 2. Dalam aksi tersebut diikuti oleh bermacam-macam pergerakan mahasiswa dengan ideologi yang berbeda. Masing-masing pergerakan meneriakkan yel-yel dan tawaran solusi yang mereka teriakkan lewat orasi dan lagu yang mereka lantangkan. Akan tetapi sampai disini saya merasa aneh, entah karena saya belum ada persiapan ataupun apa. Yang saya teriakkan beserta teman-teman dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) hanya pekikan takbir dan sisanya hanya tawaran solusi yang sifatnya normatif sama halnya yang dilakukan oleh pergerakan mahasiswa lainnya.

Penggalan narasi diatas hanya salah satu cuplikan yang menjadi kebiasaan yang menjemukan ketika kita melakukan Aksi akan tetapi tanpa arah tujuan yang jelas apa yang akan kita tawarkan kepada masyarakat dan para pemegang kebijakan.

Ditinjau dari alur sejarah, KAMMI terbentuk dari salah satu pertemuan Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) di Malang yang kemudian sepakat membentuk salah satu organisasi yang nantinya akan menjadi salah satu organisasi ekstraparlementer yang mengawasi kebijakan pemerintah. Dengan basis pemahaman Islam yang kuat pada awalnya KAMMI menjadi organisasi pergerakan mahasiswa yang unik. Dengan platform gerakan yang berdasarkan pada Al-Ikhwanul Al-Muslimin, KAMMI mampu menjadi trendsetter sebuah Pergerakan Mahasiswa Islam ditengah hiruk pikuknya ideologi Kapitalis dan Sosialis yang membanjiri bangsa ini. Dalam buku Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia dipaparkan bahwasanya KAMMI adalah Pergerakan Mahasiswa Muslim generasi ke-6 Ikhwanul Muslimin yang bertugas sebagai Lembaga Dakwah sekaligus Organisasi Kemahasiswaan yang berbasiskan Ideologi Islam yang akan meng-counter segala bentuk ideologi lain yang kebanyakan memisahkan antara keseimbangan ruhani dan jasadi. Di era inilah, KAMMI mendapatkan pengaruh dari pergolakan ideologi yang berasal dari organisasi global beserta pemahamannya yang terkadang meninabobokan para stakeholder yang nantinya akan menjadi penentu perubahan bangsa ini.

Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu Ideologisasi KAMMI di beberapa daerah semakin mengendur atau bahkan sangat jarang sekali diskusi maupun kajian yang dilakukan untuk memantapkan Ideologisasi ini. Entah penyebabnya berasal dari eksternal maupun internal individu. Seharusnya hal ini perlu kita perhatikan serta dapat menjadi otokritik kita bersama untuk mewujudkan solusi Islam yang KAMMI cita-citakan sebagai tawaran solusi kepada Negeri tercinta Indonesia ini. Dan setelah tahap Ideologisasi ini berjalan sesuai koridornya lantas pengabdian masyarakat-lah yang harus KAMMI lakukan. Dengan tekad yang kuat. Insya Alloh pasti bisa.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. An-Nisa : 58)

Wallohu a’lam bishowab (AKN)