Kamis, 03 Maret 2011

Tantangan KAMMI sebagai Pergerakan Mahasiswa saat ini.

Suatu hari, saya mendapatkan sms dari salah seorang teman saya untuk mengikuti aksi gabungan yang dilakukan pada awal pemerintahan SBY-Boediono beserta Kabinetnya yang diberi nama Indonesia Bersatu jilid 2. Dalam aksi tersebut diikuti oleh bermacam-macam pergerakan mahasiswa dengan ideologi yang berbeda. Masing-masing pergerakan meneriakkan yel-yel dan tawaran solusi yang mereka teriakkan lewat orasi dan lagu yang mereka lantangkan. Akan tetapi sampai disini saya merasa aneh, entah karena saya belum ada persiapan ataupun apa. Yang saya teriakkan beserta teman-teman dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) hanya pekikan takbir dan sisanya hanya tawaran solusi yang sifatnya normatif sama halnya yang dilakukan oleh pergerakan mahasiswa lainnya.

Penggalan narasi diatas hanya salah satu cuplikan yang menjadi kebiasaan yang menjemukan ketika kita melakukan Aksi akan tetapi tanpa arah tujuan yang jelas apa yang akan kita tawarkan kepada masyarakat dan para pemegang kebijakan.

Ditinjau dari alur sejarah, KAMMI terbentuk dari salah satu pertemuan Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) di Malang yang kemudian sepakat membentuk salah satu organisasi yang nantinya akan menjadi salah satu organisasi ekstraparlementer yang mengawasi kebijakan pemerintah. Dengan basis pemahaman Islam yang kuat pada awalnya KAMMI menjadi organisasi pergerakan mahasiswa yang unik. Dengan platform gerakan yang berdasarkan pada Al-Ikhwanul Al-Muslimin, KAMMI mampu menjadi trendsetter sebuah Pergerakan Mahasiswa Islam ditengah hiruk pikuknya ideologi Kapitalis dan Sosialis yang membanjiri bangsa ini. Dalam buku Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia dipaparkan bahwasanya KAMMI adalah Pergerakan Mahasiswa Muslim generasi ke-6 Ikhwanul Muslimin yang bertugas sebagai Lembaga Dakwah sekaligus Organisasi Kemahasiswaan yang berbasiskan Ideologi Islam yang akan meng-counter segala bentuk ideologi lain yang kebanyakan memisahkan antara keseimbangan ruhani dan jasadi. Di era inilah, KAMMI mendapatkan pengaruh dari pergolakan ideologi yang berasal dari organisasi global beserta pemahamannya yang terkadang meninabobokan para stakeholder yang nantinya akan menjadi penentu perubahan bangsa ini.

Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu Ideologisasi KAMMI di beberapa daerah semakin mengendur atau bahkan sangat jarang sekali diskusi maupun kajian yang dilakukan untuk memantapkan Ideologisasi ini. Entah penyebabnya berasal dari eksternal maupun internal individu. Seharusnya hal ini perlu kita perhatikan serta dapat menjadi otokritik kita bersama untuk mewujudkan solusi Islam yang KAMMI cita-citakan sebagai tawaran solusi kepada Negeri tercinta Indonesia ini. Dan setelah tahap Ideologisasi ini berjalan sesuai koridornya lantas pengabdian masyarakat-lah yang harus KAMMI lakukan. Dengan tekad yang kuat. Insya Alloh pasti bisa.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. An-Nisa : 58)

Wallohu a’lam bishowab (AKN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar