Jumat, 23 September 2011

Reformasi yang Tak Konkrit

"Reformasi seperti apakah yang anda inginkan? Untuk menyelesaikan semua permasalahan umat di negeri ini." - pagi hari, 12 Mei 2011

Mungkin kata-kata diatas cukup bisa menggambarkan apa yang saya dan sebagian rakyat Indonesia rasakan. Reformasi yang telah diperjuangkan tiga belas tahun silam sampai sekarang tidak berbuah apa-apa. Hanya pergantian kepemimpinan presiden dan kabinet saja yang bisa terlihat. Seharusnya ini bicara tentang perubahan!

Mulai dari peristiwa kemerdekaan, malari, supersemar sampai dengan reformasi 98. semua itu diperjuangkan oleh para pemuda. Namun sayangnya, dari semua pergerakan tersebut. selalu saja dibayangi oleh kepentingan-kepentingan segelintir orang ataupun golongan dengan segala obsesi dan konspirasi.

"beri saya 10 orang pemuda maka saya akan merubah dunia" begitulah salah satu kalimat dalam orasi yang disampaikan oleh sang proklamator bangsa ini Ir. Soekarno. Singkat namun sarat akan makna. Pemuda seharusnya sebagai agen perubahan bangsa ini bisa memberikan solusi konkrit atas segala permasalahan bangsa ini. Bangsa yang sekarang terjajah di tanahnya sendiri. Terjajah di tengah wilayah daratan dan lautannya luas dengan kekayaan alam yang melimpah.



Kapitalisasi dan Privatisasi aset adalah salah satu penyebab terjajahnya negeri ini. Kekejaman dari para investor barat yang haus akan harta dan kekayaan menyebabkan bangsa ini sengsara. Hal ini tidak sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945 yang berbunyi "... maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan..."

Penjajahan pemikiran pun selalu digencarkan oleh negara barat, dengan masuknya kebudayaan barat yang minim sekali akan norma kesusilaan yang menjadi ciri khas banga Indonesia. Norma-norma sejenis lainnya juga mulai tergeser oleh budaya barat yang lebih menuhankan materialisme dan sekularisme yang memisahkan antara agama dengan kehidupan sehari-hari.

Solusi, apa yang bisa kita berikan untuk melaksanakan reformasi ini? Hanya sekedar refleksi kah? Rekonstruksi? Rekonsiliasi? Atau bahkan sampai revolusi yang selalu didengungkan oleh aktivis pergerakan yang menentang kapitalisme. Atau mungkin, ada berapa kata-kata lagi yang akan diteriakkan? Sementara alumni aktivis tiga puluh sampai dengan empat puluh tahun silam sekarang duduk dikursi yang nyaman di Gedung DPR sana. Saking nyamannya, alumni aktivis tersebut malah tidur dan saking asyiknya malah ada yang ngeliat gambar yang tidak-tidak. Naudzubillah...

Indonesia, kasihan sekali engkau. Merah putihmu hanya dikibarkan setiap hari senin. Dan kenapa wakil rakyat disana tidak menghormati akan kesucian makna tentang kemerdekaan. Hanya membahas hal-hal yang tidak substantif, membangun gedung baru, dan bertamasya ke luar negeri. Eksekutif yang hanya mementingkan perut sendiri. Entah apa yang sudah terjadi dengan bangsa ini. Akankah reformasi ini adalah jawaban dari semua permasalahan ini? Sungguh sebuah reformasi yang tidak konkrit.

Hidup Mahasiswa Muslim Indonesia.
Wallohu a’lam bishshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar